Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat. Sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara sudah mengenal berbagai kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal. Melalui kehadiran Islam maka kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-nilai Islam.
Seni budaya, adat, dan tradisi yang bernapaskan Islam tumbuh dan berkembang di Nusantara. Tradisi ini sangat bermanfaat bagi penyebaran Islam di Nusantara. Kita sebagai generasi penerus Islam
kita harus bijaksana dalam menyikapi tradisi tersebut. Memang harus diakui ada tradisi-tradisi lokal yang tidak sesuai dengan Islam.
Banyak sekali tradisi atau budaya Islam yang berkembang hingga saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masingmasing. Berikut ini adalah beberapa tradisi atau budaya Islam dimaksud.
A. Halal Bihalal Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi tradisi halal bi halal itu sendiri adalah tradisi khas bangsa Indonesia, bukan berasal dari Timur Tengah. Halal bihalal sebagai sebuah tradisi khas Islam Indonesia lahir dari sebuah proses sejarah. Tradisi ini digali dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk membangun hubungan yang harmonis (silaturahim) antar umat. |
|
Tujuan | Tujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahim dan mempererat tali persaudaraan. Sampai saat ini tradisi ini masih dilakukan di semua lapisan masyarakat. |
Waktu | Halal bihalal dilakukan pada Bulan Syawal, berupa acara saling bermaaf-maafan. Setelah umat Islam selesai puasa ramadhan sebulan penuh maka dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah Swt. |
B. Tabot atau Tabuik Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Istilah Tabot berasal dari kata Arab, “tabut”, yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu |
|
Tujuan | Tujuan Tabot adalah untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad saw. Kedua cucu Rasulullah saw. ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). |
Waktu | Upacara Tabot ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram (berdasar kalendar Islam) setiap tahun.. |
C. Kupatan (Bakdo Kupat) Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi simbol untuk saling memaafkan. Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari janur kuning (daun kelapa yang masih muda). |
|
Tujuan | Diperkirakan tradisi ini sudah ada sejak masuknya Islam di tlatah Jawa, yaitu sekitar tahun 1400-an. Oleh para Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar agama. Ketupat merupakan simbol permintaan maaf dan simbol menjalin tali silaturahim. |
Waktu | Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. |
D. Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang berarti suka hati atau senang hati. Hal ini didasarkan bahwa pada saat menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang-orang dalam suasana bersuka hati. Pendapat lain mengatakan bahwa sekaten berasal dari kata syahadatain, yang maksudnya dua kalimat syahadat yang diucapkan ketika seseorang hendak memeluk agama Islam. Pendapat ini didasari bahwa pada jaman dahulu upacara sekaten diselenggarakan untuk menyebarkan agama Islam. |
|
Tujuan | Sekaten diadakan untuk melestarikan tradisi para wali dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Sebagai tuntunan bagi umat manusia, diharapkan masyarakat yang datang ke Sekaten juga mempunyai motivasi untuk mendapatkan berkah dan meneladani Nabi Muhammad saw. |
Waktu | Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta.Upacara ini dilaksanakan selama tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal) sore hari sampai dengan tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam. |
E.Grebeg Kesultanan Yogyakarta Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Garebeg atau grebeg adalah upacara berkala yang diadakan Kesultanan Jogjakarta untuk memperingati suatu peristiwa penting. Grebek di Yogyakarta di selenggarakan 3 kali dalam setahun Grebek pasa-syawal, grebeg besar, dan grebeg maulid. |
|
Tujuan | Grebek di Yogyakarta diadakan untuk : Grebek pasa-syawal untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, grebeg besar untuk merayakan hari raya kurban, dan grebeg maulud untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw. |
Waktu | Grebek pasa-syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal grebeg besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah, dan grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal. |
F. Grebeg Besar di Demak Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Tradisi Grebeg Besar Demak merupakan upacara tradisional yang setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah |
|
Tujuan | Tujuan semula Grebeg Besar adalah untuk merayakan Hari Raya Kurban dan memperingati peresmian Masjid Demak. Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak. Kesempatan ini kemudian digunakan para Wali untuk melakukan dakwah Islam |
Waktu | Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena Demak merupakan pusat perjuangan Walisongo dalam dakwah. |
G. Kerobok Maulid di Kutai Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Istilah Kerobok berasal dari Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau berkerumun oleh orang banyak. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami’ Hasanuddin, Tenggarong. |
|
Tujuan | Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal 12 Rabiul Awwal. |
Waktu | Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awwal Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan Barzanji di Masjid Jami’ Hasanudin Tenggarong. |
H. Pawai Obor di Manado Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Pawai obor merupakan kegiatan rutin yang membuat jalan-jalan di Kota Manado terang. Bagi warga muslim setempat pawai obor sudah jadi tradisi dan dilaksanakan turun-temurun sebagai simbol penerangan. Pawai Obor bermakna bahwa kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah membawa ajaran yang menjadi cahaya penerang iman saat manusia hidup dalam kegelapan dan kemusyrikan. |
|
Tujuan | Tradisi ini untuk memperingati Maulid nabi Muhammad saw. warga muslim di Kota Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, |
Waktu | Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awwal. |
I. Tradisi Rabu Kasan di Bangka Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Tradisi Rabu Kasan merupakan tradisi yang dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, yakni Rabu Kasan berasal dari Kara Rabu Pungkasan (terakhir). |
|
Tujuan | Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di Bangka saja, tetapi juga di daerah lain, seperti di Bogor Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur. Pada dasarnya maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana). |
Waktu | Tradisi Rabu Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada hari rabu terakhir bulan Safar. |
J. Dugderan di Semarang Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang diawali dengan musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan yang diikuti oleh para ulama. |
|
Tujuan | Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa. Dugderan biasanya diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari Balaikota Semarang. |
Waktu | Tradisi dugderan dilaksanakan setelah shalat Asar yang diawali dengan musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan. |
K. Budaya Tumpeng Aspek | Penjelasan |
Pengertian | Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning, atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa. Saat ini budaya tumpeng sudah menjadi tradisi nasional bangsa Indonesia. |
|
Tujuan | Tradisi tumpeng biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Tradisi membuat tumpeng sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. |
Waktu | Tradisi tumpeng dilaksanakan pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. |