Senin, 27 April 2020

Unsur Kebahasaan Teks Diskusi

Mantan KA UPTD
Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masalah (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang isu tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Wacana yang mengandung permasalahan ini adalah wacana yang memiliki dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung isu dan penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang tersebut harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta referensi yang berhubungan dengan isu yang dibahas.

Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri adalah unutk mengetengahkan suatu masalah atau isu yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.

Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami tentang ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda hubung perlawanan, menggunakan kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan menggunakan kata modalitas. Perhatikan contoh teks diskusi di bawah ini.

Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?
Struktur TeksKalimat
IsuBanyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian, pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan.
Argumen
Mendukung
Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masa Unsur Kebahasaan Teks Diskusi
Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima telepon.

Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Argumen
Menolak
Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, kegiatan pembelajaran akan terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.

Aplikasi internet di telepon seluler memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan. Siswa bisa membawa teks contekan dalam telepon seluler. Kadang-kadang, hanya anak-anak dari keluarga mampu yang memiliki telepon seluler. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses penyesuaian di sekolah menjadi agak sulit karena adanya kesenjangan sosial.
SimpulanCara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah dengan orang tua agar menghasilkan kebijakan yang tepat. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.

1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan menggunakan kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
  2. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.
  3. Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera menghubungi,

2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu dapat berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”, contoh kohesi leksikal adalah sebagai berikut.
  1. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet.
  2. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
  3. Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
  4. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.
  5. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.

Berdasarkan contoh 1) tersebut dapat dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada contoh (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Pada contoh 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada contoh 5) kalkulator, kamera, dan internet adalah hiponim dari kata aplikasi.

Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.
  1. Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
  2. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.

3. Penggunaan Modalitas
Modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah.
  2. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan.
  3. Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
  4. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
  5. Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.
  6. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
  7. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.
  8. Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
  9. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan.
  10. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan.

Berdasarkan contoh (1) sampai dengan (10) tersebut kata-kata modalitas yang digunakan adalah harus, akan, dan dapat.