Bambang SATRUKEM dikenal pula dengan nama Bambang Kalingga. Ia putra kedua dari tiga bersaudara, putra Resi Manumayasa dengan Dewi Kaniraras/Dewi Retnowati, dari pertapaan Retawu di gunung Saptaarga. Dua saudaranya yang lain ialah Bambang Manudewa dan Dewi Sriyati.
Oleh Dewata, Satrukem telah ditetapkan sebagai satria yang akan menurunkan Trah Witaradya (silsilah para raja). Karena saat mengandung dirinya, Dewi Retnowati telah makan buah Sumarwana ( buah sorga) yang berada di puncak pohon rukem di hutan Wanasaya yang dijaga oleh raksasa sakti bernama Satrutama.
Oleh Dewata, Satrukem telah ditetapkan sebagai satria yang akan menurunkan Trah Witaradya (silsilah para raja). Karena saat mengandung dirinya, Dewi Retnowati telah makan buah Sumarwana ( buah sorga) yang berada di puncak pohon rukem di hutan Wanasaya yang dijaga oleh raksasa sakti bernama Satrutama.
Selain gemar bertapa, Satrukem juga senang berburu dan mahir menggunakan senjata panah. Bersama Resi Manumayasa, ayahnya, ia menjadi jago kadewatan membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama, raksasa-raksasa dari negara Nusahantara (Para raksasa tersebut kemudian berubah menjadi pusaka Jamus Kalimasada, panah Dadali dan panah Sarotama). Karena jasanya kepada Dewa dan Suralaya, oleh Bathara Guru, Satrukem diberi kehormatan gelar Bathara Darma, yang m empunyai arti ; berkorban untuk Dewa dan Keluhuran. Ia juga seorang yang menyebabkan mulai timbulnya pusaka-pusaka Keprabon ( Keprabu - an) dimasa datang.
Satrukem menikah dengan Dewi Nilawati, putri Prabu Nilantaka raja negara Pujangkara, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Sakri. Setelah usia lanjut, Satrukem menyerahkan Padepokan Retawu kepada Bambang Sakri. Ia kemudian tinggal di pertapaan Girisarangan (Gunung cadas/karang), salah satu dari tujuh puncak gunung Saptaarga.
Sakutrem meninggal dalam usia sangat lanjut, jenasahnya dimakamkan di pertapaan Girisarangan.
Baca Pula : Bambang Sakutrem Rabi
sumber : http://